Tahukah Kamu, Kenapa Harus Memakai Amplop THR Saat Lebaran?
Tahukah Kamu, Kenapa Harus Memakai Amplop THR Saat Lebaran? - Hari Raya Idul Fitri kerap kali dijadikan ajang berbagi THR, begitulah tradisi yang sudah tercipta di Indonesia. Mungkin kalau lu diajak balik mengenang masa kecil dulu, pasti hal yang paling lu tunggu-tunggu saat berkunjung ke rumah sanak – saudara, kakek dan nenek adalah saat baris panjang terus ngantri dan menanti-nanti jatah THR mendarat dalam genggaman lu.
Betol kan? Guwe pun gitu. Hahaha.. Entah berawal dari kapan, yang guwe tahu, guwe pertama kali nerima amplop THR waktu umur 5 tahun. Ya, secara zaman dulu uang pecahan seribu udah gede kali buat guwe, dikasih tiga lembar aja uang seribu rupiah, hmmm.. berasa udah dapat sejuta. Betul kagak?
Wajarlah, namanya juga masa kanak-kanak dimana momentum bagi-bagi THR adalah momentum yang dirindukan saat lebaran tiba. Bukan momentum saling memaafkan dan silaturrahminya yang buat senang. Tapi, saat itu amplop udah sampai ke tangan lu.Ya kan? Udah lah, jangan bohong lu, begitulah faktanya.
Kenangan ini yang membuat guwe mikir, ternyata nerima amplop saat lebaran itu, gimanaaaaa gitu rasanya. Padahal cuma tiga lembar uang seribunya isinya. Tapi, apa iya fungsi amplop THR itu hanya sekedar pemikat saat momen bagi-bagi THR?
Ternyata setiap orang berbeda menanggapinya, berikut pengalaman 10 orang saat mengenang momen mereka menerima amplop THR semasa kecil :
1. Kalo pakai amplop kan enggak ketahuan isinya!
Kata seorang gadis berhijab yang aku wawancarai, dia mengaku amplop THR hanya berfungsi sebagai wadah pembungkus agar kita sebagai pemberi dan penerima tidak tahu berapa besar nominal yang diberi. Ini bisa membantu si pemberi dengan leluasa berbagi seikhlas hati.
2. Ada rasa bahagia kalau nerima THR pakai amplop lucu
Kenyataannya, saat lu berbagi dengan THR ke sanak –saudara saat lebaran, itu kan tiidak memandang bulu. Pasti lu akan berbagi ke siapa saja. Apalagi ini sudah menjadi tradisi keluarga lu yang kerap berbagi-bagi THR. Ya, semacam ajang seseruan keluarga saja sih. Nah, saat lu berbagi ke anak-anak, pasti mereka mengutamakan isi daripada amplop. Tapi, kalau lu berbagi sama yang dewasa, mungkin mereka sudah tidak memikirkan isi lagi, melainkan uniknya dari amplop THR itu. Toh kan mereka juga sudah pada kerja, jadi nominal bukan lagi jadi masalah.
3. Seru saja kalau tukar-tukaran amplop
Sebenarnya tukar-tukaran amplop itu tradisi budaya mana? Hm, seperti yang kita tahu mungkin di negara lain tradisi berbagi THR ini belum ada, tapi Islam di Indonesia justru melakukan tradisi ini. tapi pas guwe tanya teman guwe kenapa lu ikut tradisi ini, doi jawab “Seru saja kalau tukar-tukaran amplop. Kadang dapat amplop yang gambarnya lucu-lucu, tulisannya unik-unik, sampai kadang sayang mau dibuang,” jujurnya sambil tertawa geli.
4. Ya, mungkin karena ikut tradisi Tionghoa
Karena kita enggak pernah tahu kapan tradisi berbagi amplop THR ini dimulai, ada salah satu kawan guwe yang bilang kalau berbagi THR dengan amplop itu merupakan tradi Tionghoa yang cenderung selalu berbagi angpao saat Hari Raya Imlek tiba. Mungkin bisa iya, mungkin juga tidak. Karena kan pada dasarnya menyerahkan duit menggunakan amplop juga terjadi di dalam budaya perusahaan. Biasanya sih pada awal bulan, pas bagi-bagi jagi gitu. Hehe..
5. Agar menambah keseruan tradisi
Percaya enggak percaya sih kalau nerima amplop lebaran. Karena guwe pernah dapat amplop kosong. Lu pernah enggak? Mungkin di antara kalian juga pernah merasakan kegalauan guwe ini. yang guwe ingat amplopnya itu lucu, gambar salah satu kartun ternama pada eranya dan kebetulan aku suka dengan tokoh itu, Hello Kitty. Ya, anak kecil mana yang enggak tahu tokoh ini. Amplopnya sih sudah kece, pas sampai di mobil dan guwe buka. Tadaaa, rasanya zonk banget. Tapi, karena amplopnya lucu. Ya, itu bukan jadi masalah bagi guwe saat itu. Paling penting, momen berbagi amplop adalah momen yang paling buat guwe deg-deg-an. Dan sebagian orang yang guwe ajak ngobrol, sepakat dengan pengalaman ini.
Percaya enggak percaya sih kalau nerima amplop lebaran. Karena guwe pernah dapat amplop kosong. Lu pernah enggak? Mungkin di antara kalian juga pernah merasakan kegalauan guwe ini. yang guwe ingat amplopnya itu lucu, gambar salah satu kartun ternama pada eranya dan kebetulan aku suka dengan tokoh itu, Hello Kitty. Ya, anak kecil mana yang enggak tahu tokoh ini. Amplopnya sih sudah kece, pas sampai di mobil dan guwe buka. Tadaaa, rasanya zonk banget. Tapi, karena amplopnya lucu. Ya, itu bukan jadi masalah bagi guwe saat itu. Paling penting, momen berbagi amplop adalah momen yang paling buat guwe deg-deg-an. Dan sebagian orang yang guwe ajak ngobrol, sepakat dengan pengalaman ini.
6. Ada kenangan yang enggak terlupakan pas nerimanya
“Gimana enggak seru. Mau ngedapetin amplop THR saja kudu pakai ngantri dari yang tertua hingga termuda. Itu yang paling enggak terlupakan. Karena kalau enggak ngantri dan enggak nyalam, si nenek enggak akan ngebagi amplop THR-nya ke guwe,” kenang sohib guwe yang geli sendiri menceritakannya. Ternyata berbagi amplop THR bisa menciptakan kenangan tersendiri bagi setiap orang. Kalau kalian, sependapat enggak dengan sohib guwe ini?
7. Jadi nambah koleksi amplop unik
Ternyata ada orang yang justru memiliki pengalaman yang paling unik menurut guwe dibanding teman-teman yang lainnya. Sohib guwe yang satu ini justru mengenang keseruannya mengumpulkan amplop THR saat lebaran. “Guwe tuh paling doyan ya kalau udah lebaran, yaudah lah tuh, pasti kerjaan guwe ngumpulin aneka bentuk amplop lebaran. Makanya, kalau udah ke rumah saudara yang suka ngasih THR pakai amplop, biasanya guwe tagih dah tuh THR-nya. Bukan karena isinya, tapi amplopnya. Haha.. biar nambah koleksi amplop guwe,” kenang sohib guwe.
8. Sopan saja rasanya kalau pakai amplop
“Sopan saja rasanya kalau pakai amplop. Ketutupan, jadi kan orang yang nerima ada perasaan dihargai,” sahut sobih guwe yang lain. Pada dasarnya amplop tercipta memang sebagai alat pembungkus dokumen-dokumen penting sih. Jadi, wajar saja kalau ada orang beranggapan bahwa amplop THR adalah suatu bentuk kesopanan seseorang dalam menghargai orang yang menerima THR.
9. Membuat si penerima tidak berharap lebih
Biasanya, ini biasanya lho ya. Kebanyakan kita kalau menerima THR itu kan ekspektasinya pasti ingin dapat nominal gede. Apalagi lu lu pada sudah pada remaja dan dewasa. Ya, kan?? Ngaku aje lu. Ehehe, jadi menurut sohib guwe yang seberang onoh, amplop THR bagi doi lebih cenderung agar si penerima tidak berharap lebih. “Kan pakai amplop tuh terbungkus kan ya. Jadi pasti kita terima, mau enggak mau lu harus terima dong ya berapapun isinya,” ungkapnya rada maksa. Haha.. Nah, ini berarti enggak hanya si pemberinya saja yang leluasa berbagi berapa pun nominalnya, tapi juga si penerimanya juga kudu bisa berikhlas hati menerima berapa pun nominalnya.
10. Tidak Meninbulkan Riya
Kalau sohib awak yang alim ini beda lagi, ekstrim kali pendapatnya. “Pada dasarnya berbagi THR itu bukan kewajiban. Itu hanya tradisi. Ya,enggak salah berbaginya. Tapi, cara berbaginya kudu diperhatiin men. Sebab, perilaku bisa membuat niat mu jadi buram, riya itu namanya kalau ngasih ada pamrih. Apalagi lu ngasihnya gedean sikit nominalnya. Di sanjung dah tuh sama si penerima. Riya noh kan lu?” ungkapnya dengan tegas. Iya sih, bener banget menurut guwe dan sohib guwe yang lain juga manggut-manggut setuju dengan perkataan neh bocah. Hati-hati lu ye, jangan sampai riya lu kalau bagi-bagi THR. Makanya, di amplopin woy! Biar hanya Allah dan si penerimanya yang tahu lu kasih berapa.
Pada dasarnya berbagi itu enggak salah. Apalagi kita berbagi di momen lebaran, dimana yang kita tahu ini adalah hari semua manusia kembali ke Fitri. Tapi, kita kudu mawas diri juga. Jangan sampai momen yang suci itu ternodai hanya karena ke-riya-an lu saat berbagi THR. Udahlah tuh buyar dah tuh amalan lu selama sebulan penuh di Ramadhan. Sepakat?
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia." (QS.Al-Baqarah [2]:264)
Wuuiihh.. Na’udzubillahiminzalik ya sob! Al – Qur’an jelas mengatakan riya itu sangat dekat dengan kebaikan berbagi. So, jangan sampai niat baik mu yang mau berbagi jadi ternodai karena secuil rasa di hati yang merasa bangga telah bisa memberi lebih. Awas riya woooyy!
Menurut guwe sih, amplop THR bisa membantu lu pada terhindar dari sifat riya saat berbagi THR di momen lebaran. Sudahlah terhindar riya, si penerima senang menerimanya karena bentuk amplopnya, terus si penerima dan orang lain pun enggak tahu berapa nominal yang kita beri. Nah, jadikan cakep tuh. Sempurna deh kembali ke Fitri. Yoklah dibeli Amplop THR-nya.
Post a Comment